Pages

Sabtu, 02 Maret 2013

Di Negeri Orang

Sudah hampir sebulan ini saya berada di Pulau Jawa. Jakarta, untuk lebih tepatnya. Bukan..tapi Bekasi yang lebih tepat lagi. Saya disini untuk bersilaturahmi dan sekalian jalan-jalan (baca : pacaran). Yep, pacar saya saat ini adalah orang Bekasi. Jauh memang. Banda Aceh-Bekasi itu sudah pasti berat diongkos. Banyak hal-hal menarik disini yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Aneh kalo boleh dibilang.  
Beberapa minggu yang lalu saya jalan-jalan ke Jogjakarta. Kota yang sangat menarik. Adat 'Jawa' masih sangat kental di daerah ini. Bangunan-bangunan bersejarah juga masih gampang kita dapati. Saya hanya berada di Jogja selama 1 hari. Jadi paginya nyampe, cari penginapan buat mandi dan nyimpan tas, jalan-jalan seharian, dan malamnya kami langsung berangkat ke Malang. Saya ke Jogja berempat bersama adenya pacar dan temennya. Kami ke Jogja menggunakan sarana transportasi bus. 12 jam perjalanan kurang lebih. Melewati jalur pantura. Jalananya kacau, brur. Lubang dimana-mana. Alhamdulillah supir bus sudah profesional, jadi saya merasa cukup nyaman. Jalan-jalan diawali dengan mencari tiket kereta api menuju malang. Lalu lanjut jalan lagi menelusuri kota Jogja. Jalan kaki? tidak. Bakal gempor itu kaki dan badan. Cuaca juga cukup terik. Menggunakan jasa abang becak. tarifnya ya tergantung jarak, dan jago-jago nawar lah. Saya berkunjung ke Keraton. Saya sangat penasaran dengan isi di dalam Keraton ini, tapi saya jajan batagor dulu sebelum masuk. Setelah makan baru lah kami masuk. Sudah jam setengah 2 siang waktu itu. Orang-orang yang berjualan disekitar situ menganjurkan untuk bergegas jika ingin masuk ke Keraton. Katanya "cepetan, mas. Sudhah mau tutup". Ah..I hate it when people address me with "Mas". SAYA BUKAN ORANG JAWA!. Tapi tak apa, toh dia juga ga tau saya orang mana. Saya sempat melihat ada pamflet berisi informasi yang isinya "Buka Jam : 08.00-14.00". Masih setengah 2, kan? jadi masih boleh masuk. Tapi kecewa setelah sampai ke pintu masuk. Petugas karcis bilang kalo tempatnya udah tutup. Dafuq?? Baru 13.30 udah tutup? mau makan gaji buta ini orang. 
Kami melanjutkan perjalanan ke Museum Kereta. Bukan kereta api, tapi kereta kudah yang sering dipakai jika ada acara di Keraton. Saya lupa bayar karcisnya berapa, tapi yang saya ingat jika ingin foto, bayar seribu rupiah lagi buat beli karcis foto. Komersil memang. Masa foto-foto aja bayar? ya begitulah cara mereka "making money". diantara beberapa kereta, ada kereta yang di beri "makan". Makan apa? Kemenyan. Wau..saya jadi males foto-foto. Dan saya juga mendengar cerita dari pacar saya, katanya dulu pernah ada yang foto-foto di depan kereta yang ada makanannya itu, dan waktu foto dicetak (fotonya masih model tustel ini kayanya) keretanya ga keliatan. It's getting creepy in the daylight.  
Taman Sari adalah tempat selanjutnya yang akan dikunjungi. Lumayan jauh kalo jalan kaki. Naik becak lagi dan bayar 15ribu rupiah. Taman Sari ini kalo saya ga salah adalah tempat mandi raja dan orang-orang yang ada dikerajaan itu. Raja kah, Pangeran kah, Permaisuri kah, Dayang-dayang kah, itulah pokoknya. Tempanya cukup besar. Bagus juga. Udah selesai mutarin Taman Sari, temennya ade pacar saya mau balik ke Bekasi. Katanya besok ada kuliah. Jadi sekarang tinggal bertiga. Dan kami akan ke Malioboro sekarang.   
Kami menggunakan jasa bapak-bapak becak. Sedikit informasi, ternyata tukang becak, orang jualan, tukang delman yang ada disekitar Keraton ini adalah Orang Dalam Keraton atau bahasanya Abdi Dalem. Pacar saya bersabda kalo mereka-mereka ini tinggal di dalam daerah keraton, mereka diberikan rumah dan digaji Rp. 1.500 perbulan. Dalam perjalanan ke Malioboro, ada cerita.jadi saya sendirian di becak. Pacar saya dan adenya dibecak satu lagi. Dijalan tertentu ada beberapa jalan yang jalannya itu nanjak, dan terkadang memaksa tukan becak harus turun dan mendorong becaknya. Kasian tukang becak yang ditumpangi pacar saya. Bapak itu sudah tua, bawa penumpang yang berat-berat pula. Mukanya sampe melas. Seperti nama artis, Agus Melas.  
Malioboro adalah tempat yang paling rame dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri. Tempat ini selalu ramai dari pagi sampai pagi lagi. Sebelum mengarungi jalanan Malioboro, kami mampir dulu disebuah pasar. Pasar Bringharjo namanya. Gede pasarnya, jualannya kurang lebih adalah souvenir. Panas juga didalam pasar ini. Kalo lagi sial, kita bahkan kebagian bau ketek yang pahit sepahit-pahitnya (sampe ijo itu muka). Ga terlalu lama kami dipasar ini. Keluar dari situ, niatnya mau makan. tapi makan apa? saya juga bingung. Menurut saya makanan kalo di Jawa itu susah dapat yang enak. Semua-semua masakan rasanya manis. Nasi padang yang harusnya pedes juga manis. Dan ujung-ujungnya, kita makan di McD. Goddammit! Jauh-jauh cuma McD. Di Mall pula! Jauh-jauh cuma ke Mall.  
Kami beranjak pulang ke penginapan usai makan. Mau mandi dan siap-siap berangkat ke Malang. Ga naik becak lagi. Sekarang udah sedikit elit, jadi kami naek taxi. Tarif juga sama kaya naik becak, lebih cepet malah. Jam 6 sore, kita keluar dari penginapan, dan menuju stasiun kereta. Stasiun Tugu Yogyakarta namanya kalo ga salah. Kereta kami berangkat jam 8. Jadi masi ada waktu 2 jam buat ngitarin Malioboro. Malam adalah waktu yang tepat jika mau jalan-jalan di Malioboro. Sangat ramai disini, mulai dari pedagang sampai wisatawan ada disini. Kami berjalan kaki dan kecape'an. Jam setengah 8, kami kembali ke stasiun. Menuggu kereta untuk ke Malang. Berangkat jam 8 dari Jogja dan tiba di Malang jam 4 pagi. 
Di Malang, saya menginap dirumah Andung, nenek dari pacar saya. Cuma semalam di Malang, dan keesokan harinya kami kembali ke Bekasi menggunakan bus.  
Lain kali saya akan bercerita tentang pengalaman saya di negeri orang. Sekarang mau udahan dulu.